Powered By Blogger

Minggu, 17 Juli 2011

Proyeksi koordinat Degree Minute Second ke Decimal Degree

Pada tahun 1900an sampai tahun 1990an para insinyur (engineer) geologi,geodesi,kehutanan,pertanahan,pertanian dan pengguna peta lainnya umumnya menggunakan peta analog atau peta pada kertas ukuran A3 atau bahkan A0. Seiring perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju, maka komputer dengan memory yang cukup besar juga semakin berkembang pesat. Untuk mempermudah pekerjaan pemetaan maka, dibuat suatu software yang dapat membantu proses pemetaan tersebut. Untuk mengolah bahan/data tersebut, maka peta-peta yang dulunya bersifat analog, maka sekarang sudah bisa di scan dan bebentuk digital untuk selanjutnya diolah menggunakan software tersebut.

Masalah yang biasa dihadapai adalah merubah atau memasukkan informasi geografi pada peta yang sudah di-Scan tersebut. Ada beberapa sistem koordinat yang umum dipakai antara lain, Geograpy (Lat/Lon) atau UTM (universe transverse mercator). Sebenarnya sistem tersebut tidak begitu berbeda jauh hanya saja sistem proyeksinya saja terhadap bentuk bumi yang berbeda. Sistem Geography biasa disebut dengan "Decimal Degree (DD)",Degree Minute Second (DMS), dan Degree Minute (DM), sedangkan UTM memiliki satuan dalam bentuk jarak seperti meter (m) dan memiliki daerah - daerah atau zona - zona tertentu yang berkisar antara 1-60.

Contoh Decimal Degree (DD) = -6,779228 dan 106,855772
Contoh Universe Transverse Mercator (UTM) = 9250264 dan 705101

Apabila ditemukan dalam bentuk Degree Minute Second (DMS) maka perlu dilakukan sedikit perhitungan terlebih dahulu untuk dijadikan format Decimal Degree (Umumnya data yang digunakan untuk rektifikasi/georeferencing berupa Decimal Degree (DD).

misalnya 107 30' 15"
maka untuk merubah menjadi DD dilakukan perhitungan seperti :

30' = 30 menit, maka 30/60 = 0,5
15"= 15 second maka 15/3600 =0,004167

Selanjutnya 0,5 + 0,04167 = 0,504167
dan 107 + 0,504167= 107,504167

Maka koordinat Decimal Degree = 107,504167

Selanjutnya titik tersebut dapat digunakan untuk menentukan titik koordinat dan rektifikasi/georereferensing pada software (ArcGis atw Arc View)

Selasa, 12 Juli 2011

Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Distribusi Suhu Permukaan dan Temperature Humidity Index (THI) Kota Palembang

Kota Palembang merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Selatan yang mengalami peningkatan jumlah penduduk serta pembangunan di segala bidang. Hal tersebut mengakibatkan bertambahnya luas area terbangun di Kota Palembang dan mengurangi luas Ruang Terbuka Hijau (RTH). Penurunan luasan RTH mengakibatkan berubahnya iklim mikro Kota Palembang, berupa peningkatan suhu udara dan penurunan kelembaban, sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman.

Penelitian ini bertujuan untuk :
(1) mengidentifikasi distribusi spasial suhu permukaan di beberapa tipe penutupan lahan,
Normalized Difference Vegetation Index
(NDVI) dan kaitannya terhadap ruang terbuka hijau,
(2) Pemetaan Temperature Humidity Index (THI) atau indeks kenyamanan di wilayah Kota
Palembang
(3) Pengembangan RTH berdasarkan distribusi suhu permukaan, kelembaban udara, THI,
dan tata kota.


Penelitian dilakukan di Kota Palembang. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa Landsat 7 ETM (Path 124 Row 062) tanggal 10 Mei 2001 dan 23 Agustus 2010 serta peta batas administratif Kota Palembang.

Pengolahan data citra Landsat 7 ETM dengan menggunakan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan software ArcGIS 9.3 dan ERDAS Imagine 9.1, yang meliputi layer stack, koreksi geometrik, pemotongan citra, klasifikasi citra, dan uji akurasi. Pendugaan suhu permukaan dilakukan dengan menggunakan band 6.

Selanjutnya hasil estimasi suhu tersebut digunakan untuk menduga kelembaban udara dan indeks kenyamanan (THI) di Kota Palembang. Selain itu, penentuan tutupan lahan vegetasi juga dilakukan dengan menggunakan NDVI. Nilai NDVI digunakan untuk mengetahui hubungan antara suhu permukaan dan tutupan lahan.

Suhu permukaan Kota Palembang berkisar antara 27°C sampai 39°C. Suhu permukaan pada RTH berkisar antara 28°C sampai 32°C, sedangkan suhu permukaan pada area terbangun lebih dari 33°C.

Terjadi peningkatan suhu permukaan dari tahun 2001 sampai tahun 2010.
Perubahan tersebut berhubungan dengan penurunan luasan RTH. RTH dapat diduga dengan nilai NDVI.

Nilai NDVI > 0 merupakan vegetasi dan semakin mendekati 1, maka tajuk vegetasi semakin rapat. Suhu permukaan memiliki hubungan yang berkebalikan dengan NDVI. Semakin besar nilai NDVI maka semakin rendah suhu permukaan dan sebaliknya.

Kota Palembang hampir seluruhnya tergolong kedalam kelas tidak nyaman pada tahun 2001 dan 2010, karena berada pada selang nilai THI lebih dari 26.


Pengembangan RTH di Kota Palembang terbagi kedalam tiga unit kegiatan, yaitu, permukiman, daerah pinggiran kota dan daerah pusat kota. Pengembangan RTH di tingkat pemukiman dilakukan dengan penghijauan pekarangan, suhu permukaannya berkisar antara 30°C sampai 34°C, kelembaban udara 60% sampai 70% dan THI rata-rata berkisar 27 sampai 28.

Pada daerah pinggir kota, suhu permukaannya antara 29°C sampai 34°C, kelembaban udara 60% sampai 80% dan THI rata–rata berkisar 26 sampai 27, dapat dikembangkan RTH berupa taman kota dan hutan kota.

Pada daerah pusat kota suhu permukaannya lebih dari 33°C, kelembaban udara 40% sampai 60% dan THI rata–rata berkisar lebih dari 31, dapat dikembangkan RTH berupa roof garden dan jalur hijau.


Kata kunci : RTH, Suhu Permukaan, Kelembaban Udara, THI, NDVI


Untuk tulisan lengkapnya bisa di download pada link berkut ini http://www.4shared.com/document/obSg-CAf/Muis_Fajar_E34062536.html

Senin, 07 Juni 2010

Resiko kecelakaan di Terminal laladon Bogor

Makalah

MANAJEMEN JASA LINGKUNGAN

“RESIKO KECELAKAN”

(Study kasus di terminal Laladon)

Disusun oleh :

1. Dian Arizona (E34061327)

2. Edi Abdullah (E34061441)

3. Muis Fajar (E34062536)


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

TAHUN 2008

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam kehidupan sehari – hari kita tidak akan terlepas dari yang namanya resiko, baik yang sedang kerja ataupun yang tidak kerja. Jenis resiko yang datang juga tergantung dari masalah atau perbuatan yang kita lakukan. Resiko yang menimpa pada seseorang bisa terjadi secara langsung ataupun tidak, hal itu tergantung dari jenis perbuatan atau kelakuan yang kita lakukan

Lingkungan kerja dapat menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan. Untuk itu, kecelakaan di lingkungan kerja harus ditekan sekecil mungkin. Kecelakaan yang terjadi di lingkungan kerja dapat mengakibatkan cacat permanen, dan yang lebih tragis mengakibatkan kematian.

B. Tujuan

1. Umum

Untuk memperkecil tingkat kecelakan di jalan raya.

2. Khusus

Untuk memberi tahu semua pengguna jalan raya terutama yang ada di terminal agar berhati – hati dalam menjalankan kendaraan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecelakaan

kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diketahui dan tidak diduga, mengganggu aktivitas yang telah ditentukan, dan dapat mengakibatkan kerugian, baik korban manusia maupun materi. Pada dasarnya, tidak seorang pun yang menginginkan kecelakaan. Karena itu, dapat dikatakan bahwa keselamatan kerja bersifat universal dan merupakan naluri setiap orang. Semua kecelakaan kerja, baik langsung maupun tidak langsung, dianggap berasal dari kegagalan manusia. Mengingat manusia bukan mesin maka tindakan manusia tidak sepenuhnya dapat diramalkan, sehingga dalam melakukan kegiatan kadang–kadang terjadi kesalahan.

Kesalahan dimaksudkan dapat terjadi pada saat perencanaan, pengadaan maupun pemasangan peralatan, pemeliharaan, serta pemberian instruksi pemakaian. Begitu pula dengan kegiatan di rumah sakit. Kecelakaan yang ditimbulkan akan berakibat fatal apabila tidak mengetahui dan menjalankan prosedur pemakaian secara baik dan benar, baik pada jiwa operator maupun pasien. Berbagai bahaya yang dapat ditimbulkan dari peralatan kesehatan di rumah sakit antara lain bahaya fisika, zat kimia, ergonomi, kebakaran, dan pengelolaan boiler atau ketel uap.

B. Kecelakaan lalu lintas

Kecelakaan lalu-lintas adalah kejadian di mana sebuah kendaraan bermotor tabrakan dengan benda lain dan menyebabkan kerusakan. Kadang kecelakaan ini dapat mengakibatkan luka-luka atau kematian manusia atau binatang. Kecelakaan lalu-lintas menelan korban jiwa sekitar 1,2 juta manusia setiap tahun menurut WHO.

C. Angkutan

Angkutan atau Kendaraan adalah alat transportasi selain makhluk hidup. Mereka biasanya buatan manusia (mobil, motor, kereta, perahu, pesawat), tetapi bukan buatan manusia juga bisa disebut kendaraan, seperti gunung es, dan batang pohon yang mengambang. Kendaraan tidak bermotor dapat digerakan oleh manusia atau ditarik oleh hewan, seperti gerobak.

D. Angkutan kota

Angkutan Kota atau angkot adalah salah satu sarana perhubungan dalam kota dan antar kota yang banyak digunakan di Indonesia, berupa mobil jenis minibus atau van yang dikendarai oleh seorang supir dan kadang juga dibantu oleh seorang kenek. Tugas kenek adalah memanggil penumpang dan membantu supir dalam perawatan kendaraan (ganti ban mobil, isi bahan bakar, dan lain-lain). Setiap jurusan dibedakan melalui warna armadanya atau melalui angka.

Angkutan Kota sebenarnya cuma diperbolehkan berhenti di halte-halte/Tempat perhentian bus tertentu, namun pada praktiknya semua supir angkot akan menghentikan kendaraannya di mana saja untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Pelanggaran lain yang dilakukan adalah memasukkan orang dan barang bawaan dalam jumlah yang melebihi kapasitas mobil, dan pintu belakang yang tidak ditutup sama sekali atau tidak ditutup dengan rapat. Pelanggaran-pelanggaran seperti ini biasanya diabaikan oleh aparat karena sistem penegakan hukum yang lemah.

Tarif angkot biasanya ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat, namun orang yang menumpang jarak pendek atau anak sekolah biasanya membayar lebih sedikit. Hal ini tidak dirumuskan dalam peraturan tertulis, namun menjadi praktik umum. Semua angkot di Indonesia memiliki plat nomor berwarna kuning dengan tulisan warna hitam, sama dengan kendaraan-kendaraan umum lain.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Kecelakaan

Kecelakaan merupakan suatu hal yang dapat dihindari apabila kita memperhatikan faktor – faktor yang menjadi penyebab kecelakaan dan mengatasinya. Kecelakaan tidak hanya terjadi di jalan raya, tetapi juga terjadi di terminal angkutan kota, seperti terminal Laladon, Bogor. Bahaya tersebut timbul karena beberapa faktor, yaitu: faktor manusia, faktor jalan, faktor kendaraan dan faktor manusia.

Ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadikanya kecelakaan, pertama adalah faktor manusia, kedua adalah faktor kendaraan dan yang terakhir adalah faktor jalan. Kombinasi dari ketiga faktor itu bisa saja terjadi, antara manusia dengan kendaraan misalnya berjalan melebihi batas kecepatan yang ditetapkan kemudian ban pecah yang mengakibatkan kendaraan mengalami kecelakaan. Disamping itu masih ada faktor lingkungan, cuaca yang juga bisa berkontribusi terhadap kecelakaan.

Faktor manusia

Faktor manusia atau Human Error merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu. Begitu juga dengan kegiatan yang ada di terminal Laladon, seringnya terjadi kecelakaan khususnya kecelakaan lalulintas karena kesalahan manusia (supir angkot dan penumpangnya) sendiri yang kurang memperhatikan aspek keamanan terminal tersebut.

Faktor kendaraan

Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam yang mengakibatkan bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan technologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan, disamping itu adanya kewajiban untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor secara reguler.

Faktor jalan

Faktor jalan terkait dengan kecepatan rencana jalan, geometrik jalan, pagar pengaman, ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan kondisi permukaan jalan. Jalan yang rusak/berlobang sangat membahayakan pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda motor dan angkutan kota sendiri. Terbukti dengan banyaknya kecelakaan yang terjadi di sekitar terminal tersebut akibat rusaknya jalan.

Faktor lingkungan

Hari hujan juga mempengaruhi kerja kendaraan seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih pendek. Asap kendaraan lain juga bisa mengganggu jarak pandang, cuaca yang panas juga membuat penegemudi menjadi gerah atau kepanasan yang akhirnya dapat membuat konsentrasi pengemudi menjadi terganggu.

B. Resiko Bahaya di Terminal Laladon

Terminal Laladon memiliki Bangunan berlantai dua yang digunakan sebagai pasar atau tempat berdagang, mulai dari makanan sampai pakaian jadi. Letaknya berada di bagian belakang terminal. Tiap lantainya dihubungkan menggunakan tangga permanen.

Terminal Laladon memiliki luas sekitar sekitar 20 Ha. Sebagian besar luas lahan digunakan untuk tempat parkir angkot yang tidak beroperasi. Terminal Laladon dapat menampung hingga tiga ratus angkot. Letaknya yang berada di pinggir jalan protokol sering mengganggu pengguna jalan raya lainnya, karena banyak angkot yang menunggu penumpang di pingir jalan, tidak masuk ke dalam terminal. Akibatnya, sering terjadi kemacetan yang parah dan rawan terjadi kecelakaan yang dapat membahayakan penumpang angkot dan pengguna jalan raya. Terminal tersebut kurang menerapkan disiplin terhadap supir angkot yang menunggu penumpang di pingir jalan.

Dari segi keamanan, Terminal Laladon merupakan salah satu fasilitas publik yang tidak pernah sepi. Orang dari segala tempat bisa dengan mudah menuju kesini. Banyak terjadi tidak kriminal pencurian, seperti jambret, copet, penodongan dengan senjata tajam. Ada banyak preman yang sering melakukan tindak kriminal. Selain itu adanya calo ( seperti agen untuk mencari penumpang ) terkadang memang membantu penumpang untuk menaiki angkot, akan tetapi terkadang mereka juga marah apabila kita tidak menaiki angkot yang mereka. Hal ini sering membuat calon penumpang kesal dan takut, karena tindakan tersebut sangat meresahkan calon penumpang yang ingin menaiki angkot.

Toilet atau kamar kecil yang berada di terminal tersebut sangat tidak baik, sebab toilet tersebut kotor, baud dan airnya juga tidak mengalir. Hal tersebut dapat menjadi sumber penyakit yang dapat membahayakan orang – orang yang berada di sekitarnya. Toilet yang buruk tersebut sering membuat orang – orang yang ingin membuang air kecil, terpaksa menahan dahulu sampai menemukan toilet lain.

Permukaan atau dasar dari permukaan terminal dilapisi aspal, akan tetapi aspal tersebut sudah banyak yang berlubang sehingga apabila hujan lubang tersebut menjadi genangan air yang dapat merusak ban dan shock breaker angkot. Selain itu, genangan tersebut dapat membuat orang terperosok kedalam lubang tersebut.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terminal adalah suatu tempat umum yang merupakan fasilitas yang diberikan pemerintah kepada masyarakat sebagai suatu usaha untuk pemenuhan kebutuhan di dalam sarana trasportasi. Ada beberapa kecelakaan yang dapat terjadi di dalam dan sekitar terminal Laladon, seperti kecelakaan lalu lintas, kemacetan, pencurian dan beberapa kejadian lain yang dapat berakibat buruk terhadap manusia. Faktor – faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan tersebut adalah faktor manusia, kendaraan, jalan, dan lingkungan. Oleh sebab itu perlu perhatian khusus dan tindakan tegas bagi setiap angkutan kota yang menyalahi aturan seperti, berhenti dan menunggu penumpang seenaknya yang dapat mengakibatkan kemacetan.

B. Saran

· Perlu diadakan suatu perbaikan jalan sehingga dapat mengurangi kerusakan atau aus dari ban, shock breaker dan rem mobil.

· Perlu diadakan suatu penataan dan penegasan peraturan lalu lintas terhadap pemberhentian angkot, untuk menghindari terjadinya kemacetan di sekitar terminal.

· Perlu adanya perluasan areal terminal, karena dinilai terminal Laladon sudah tidak memenuhi syarat lagi sebagai suatu terminal dinilai dari banyaknya angkot yang berhenti di dalamnya.

· Perlu adanya lampu lintas yang mengatur keluar – masuknya angkot dari terminal serta beberapa polisi lalu lintas yang bertugas untuk mengawasi dan mengatur lalu lintas

· Perlu dilakukan perbaikan fasilitas publik yang rusak.

DAFTAR PUSTAKA

· Bennet.NB.Silalahi , Rumondang B Silalahi, Manajemen Keselamatan &

Kesehatan Kerja 1985,Jakarta. PT Pustaka Binawan Pressindo.

· K.Chandra Meliala, Norma Keselamatan Kerja, 2000,Jakarta. Pelatihan dan

Pengujian alat Kesehatan, Pusdiklat DepKes RI.